Selamat Datang Di Blogger AHMADI unTUk bUMI.....

Mari Menatap Pagi.....
Seraya Berucap....
Selamat Pagi bUMI.....
Aku Ada Karena Kau Ada....

Wahai Calon Pemimpin Besar.... Bersahabatlah Engkau Dengan Malam Dan Siang..... Karena Apapun Yang Engkau Miliki hari Ini.... Tidak Akan Cukup Untuk Mengubah Dunia..... Apalagi Melukis Langit Dengan Indah.....

*PRESS RELEASE*

JAKARTA, 17 FEBRUARI 2009

*GERAKAN RAKYAT LAWAN NEOKOLONIALISME- IMPERIALISME (GERAK LAWAN)*

*Koreksi total sistem ekonomi-politik pasca krisis kapitalisme global*

BUAH dari teori dan praktek kapitalisme global telah dipanen, dan
hasilnya sungguh pahit. Saat ini dunia dihantam multikrisis, mulai dari
krisis pangan, energi, iklim, hingga finansial. Yang sungguh fenomenal
dari buah pahit tersebut adalah, krisis finansial global ternyata
dimulai dari negara paling kapitalis sedunia, Amerika Serikat. Dalam
kurun waktu kurang dari setahun, hampir tiga juta orang sontak menjadi
pengangguran di seluruh dunia. Kekacauan pangan (/food riot/) terjadi di
berbagai negara, kacaunya suplai energi global, ditambah rumit dengan
kondisi planet dan lingkungan yang makin kritis.

Namun kapitalisme sebagai ideologi yang menjadi akar masalah, tidak
tewas begitu saja. Aktor-aktornya seperti institusi keuangan
internasional macam Bank Dunia, IMF, WTO dan pemerintah serakah terus
berusaha menghidupkan phoenix dari abu kematiannya. Dengan struktur
ekonomi-politik saat ini, kaum miskin seluruh dunia justru dalam resiko
menanggung biaya krisis (/cost of crisis) /yang berat. Pemulihan krisis
di negara pusat kapitalisme, kini menjadi beban yang tidak terhindarkan
bagi negara-negara dunia ketiga.

Pelajaran dari krisis kapitalisme internasional yang bisa kita petik
adalah, /pertama/, krisis kapitalisme adalah takdir historis, untuk itu
krisis kapitalisme global akan selalu berulang dan berkelanjutan;
/kedua/, meski pasti terkena krisis, kapitalisme selalu menemukan jalan
guna mengatasi krisis, melalui hegemoni dan dominasi.

Masih solidnya pusat kapitalisme, Amerika Serikat, dengan program
stimulus Barack Obama sebesar 800 milyar USD, tak pelak adalah usaha
membangkitkan aktor utamanya: korporasi transnasional. Stimulus yang
sama---walaupun dalam bahasa beda---banyak digelontorkan di berbagai
belahan dunia. Proyek ekonomi /mainstream/ pun masih berkibar secara
global, mulai dari /free trade/ multilateral hingga perjanjian FTA, baik
regional maupun bilateral. Tercatat Uni Eropa, ASEAN, dan banyak negara
lain di belahan Asia, Eropa dan Oceania akan segera menandatangani
perjanjian. Bank Dunia, IMF dan WTO pun terus mengkampanyekan
liberalisasi, privatisasi dan deregulasi sebagai solusi sapu jagat.
Fakta yang sahih pun diputarbalikkan.

Akar dari krisis ini haruslah dicabut, untuk ditumbuhkan alternatif baru
yang benar-benar untuk kesejahteraan dan keadilan sosial bagi seluruh
rakyat.

Gerakan rakyat di seluruh dunia telah lama mengusung alternatif untuk
sistem ekonomi-politik. Dalam konteks Indonesia, gagasan alternatif bagi
sistem politik-ekonomi ini haruslah yang konsisten pada nilai-nilai
demokrasi, kemanusiaan, nasionalisme, gotong-royong, dan keadilan sosial.

Kegiatan ekonomi yang dilakukan ke depan seharusnya adalah rencana dari
terwujudnya keadilan ekonomi bagi rakyat Indonesia. Dan jalan menuju
keadilan ekonomi tersebut adalah aturan main tentang hubungan ekonomi
yang didasarkan pada prinsip-prinsip ekonomi yang tercantum dalam
konstitusi. Konsepsi ini sudah jauh hari diperkenalkan sebagai dasar
berdirinya demokrasi ekonomi sebagaimana terangkum dalam penjelasan
pasal 33 UUD 1945: "dalam pasal 33 tercantum dasar demokrasi ekonomi,
produksi dikerjakan oleh semua, untuk semua, di bawah pimpinan atau
pemilikan anggota-anggota masyarakat. Kemakmuran masyarakat yang
diutamakan, bukan kemakmuran orang seorang. Sebab itu, perekonomian
disusun sebagai usaha bersama berdasar atas asas kekeluargaan. Bangun
perusahaan yang sesuai dengan itu ialah koperasi."

Keinginan untuk meraih kemandirian dan kedaulatan ekonomi seharusnya
diartikan sebagai impian untuk melepaskan ekonomi Indonesia dari jeratan
dan ketergantungan asing, baik oleh negara asing maupun korporasi
transnasional. Sebagaimana kita tahu untuk menuju kemandirian ekonomi
tersebut, Indonesia harus mampu mewujudkan kedaulatan di bidang
keuangan, pangan, maupun energi.

Gerakan rakyat lawan neokolonialisme- imperialisme (GERAK LAWAN) telah
bekerja sejak tahun 2005 untuk mewujudkan hal tersebut di Indonesia.
Konsolidasi dari berbagai elemen rakyat, yakni buruh, tani, nelayan,
migran, perempuan, kaum muda, environmentalis, dan pejuang HAM sudah 4
tahun berkecimpung dalam wacana dan praktek alternatif untuk sistem
ekonomi-politik demi kesejahteraan dan keadilan sosial. Dalam momentum
krisis kapitalisme saat ini, wacana dan praktek tersebut wajib
disuarakan luas. Kerja sama yang lebih luas juga diperlukan dalam
konteks pemikiran ekonomi-politik alternatif, terutama yang sesuai
dengan kondisi bangsa ini. Keseluruhannya adalah dalam rangka koreksi
total sistem ekonomi-politik pasca krisis kapitalisme global, menuju
dunia yang lebih berkeadilan.

Dalam kesempatan inilah GERAK LAWAN mengadakan konferensi yang akan
membahas isu-isu penting tersebut pada tanggal 17-18 Februari 2009, di
Gedung YTKI Jakarta bersama puluhan pemikir ekonomi-politik progresif di
tingkat nasional**** **

*GERAK LAWAN*

Serikat Petani Indonesia, Serikat Buruh Indonesia, Serikat Nelayan
Indonesia, Serikat Buruh Migran Indonesia, Sarekat Hijau Indonesia,
Solidaritas Perempuan, Wahana Lingkungan Hidup Indonesia, Koalisi Anti
Utang, Indonesian Human Right Comittee for Social Justice

--
Erwin Usman
Head of Regional Empowering Department
National Executive WALHI/Friends of the Earth Indonesia
Jl. Tegalparang Utara No.14 Jakarta Selatan 12790
Telp: +6221-7941672; 79193363 Fax: +6221-7941673
Mobile: +62 815 8036003
Email: erwin.usman@ walhi.or. id
blokpolitikhijau@ gmail.com
YM: erwin_usman
Website: www.walhi.or. id

0 Comments:

Post a Comment