Selamat Datang Di Blogger AHMADI unTUk bUMI.....

Mari Menatap Pagi.....
Seraya Berucap....
Selamat Pagi bUMI.....
Aku Ada Karena Kau Ada....

Wahai Calon Pemimpin Besar.... Bersahabatlah Engkau Dengan Malam Dan Siang..... Karena Apapun Yang Engkau Miliki hari Ini.... Tidak Akan Cukup Untuk Mengubah Dunia..... Apalagi Melukis Langit Dengan Indah.....

POLITIKA (Aristoteles)


ReviewReviewReview Politik (La Politica) May 14, '08 7:59 AM
for everyone
Category: Books
Genre: Science
Author: Aristoteles
Antologi Politik: Dari Teokrasi Hingga Rasionalitas

Judul buku : Politik (La Politica)
Penulis : Aristoteles
Penerbit : Visimedia, Jakarta
Edisi : I, November 2007
Tebal buku : x + 388 hlm.

Kajian filsafat politik berutang budi pada Aristoteles (384-322 SM). Filsuf paling berpengaruh dalam filsafat Barat, setelah filsuf Yunani Kuno lainnya seperti Socrates (470-399 SM) dan Plato (423-347 SM) ini pernah menulis gagasan politiknya tentang negara dan pemerintahan, yang kemudian menjadi dasar-dasar ilmu politik, ke dalam berbagai esainya seperti Nichomachean Ethics, Rhetoric, Poetics, dan La Politica.
Melalui karya klasiknya yang lebih menyerupai antologi politik, La Politica (Politik), sahabat cendekia dan murid Plato kelahiran Stagira (Chalcidice, Thracia), Yunani ini mengulas perihal negara dan pemerintahan secara komprehensif. Kajiannya tentang filsafat politik ini mencakup banyak pertanyaan mendasar, hingga memunculkan efek perdebatan intelektual yang masih relevan dengan situasi politik kontemporer.
Esai-esai filsafat politik Aristoteles yang terhimpun dalam La Politica ini menjawab pertanyaan mendasar mengenai apakah negara itu, siapakah yang menjadi warga negara, apa itu demokrasi politik, teokrasi, oligarki, aristokrasi, hingga perdebatan filsafat rasionalitas. Karya klasiknya ini juga memuat peta pemikiran politiknya lewat dialektika filsafat politik, negara, etika, logika, metafisika, dan strata sosial.
Kajian utamanya merupakan antitesa pemikiran dari guru utamanya, Plato, namun Aristoteles lebih memuliakan penggunaan nalar yang rasional dan terukur, yakni filsafat logico. Uraiannya tentang negara, misalnya, lebih mengedepankan rasionalitas daripada filsafat oligarki, aristokrasi, monarki, maupun teokrasi.
Setiap negara, katanya, adalah “kumpulan masyarakat dan setiap masyarakat dibentuk dengan tujuan demi kebaikan karena manusia bertindak untuk mencapai sesuatu yang mereka anggap baik. Namun jika seluruh masyarakat bertujuan pada kebaikan, negara atau masyarakat politik memiliki kedudukan tertinggi dari yang lain, dan meliputi elemen penunjang lainnya serta bertujuan pada perbaikan yang tertinggi”.
Filsafat politik Aristoteles mulai berkembang pesat sejak dia memimpin Lyceum, yang mencakup enam esainya tentang logika, metafisika, fisika, etika, ilmu kedokteran, dan fisika. Di bidang filsafat politik, dia meyakini bahwa bentuk politik yang paling ideal adalah gabungan dari filsafat politik demokrasi dan monarki.
Walaupun sebagian besar kajian filsafat politik yang dikembangkan Aristoteles cenderung meliputi penjelasan dari logika atau rasionalitas (common sense explanation), banyak dari teori dan pemikiran politiknya terus dikembangkan selama hampir dua ribu tahun lamanya. Hal ini karena kajian filsafat politiknya didasari pada logika dan rasionlitas, sesuai dengan dasar pemikiran publik pada umumnya.
Penyelarasan pemikiran filsafat politik yang dikemukakan oleh Aristoteles ini berpengaruh kuat secara masif terhadap pemikiran filsafat Barat dan kajian pemikiran keagamaan sejak masa awal hingga sekarang. Penyelarasan pemikirannya mengenai teologi Kristiani dikembangkan oleh Thomas Aquinas (c.1225-1274), teologi Yahudi oleh Maimonides (1135-1204), dan kajian filsafat Islam oleh Ibnu Rusyd (1126-1198).
Di masa Abad Pertengahan, Aristoteles tidak hanya dianggap sebagai sumber ilmu pengetahuan yang otoritatif di bidangnya, terutama pada pemikiran logika dan metafisika, tetapi juga dianggap sebagai sumber utama kajian filsafat science dan teokrasi. Karena itu pujangga besar Italia kelahiran Florence, yang terkenal lewat karya monumentalnya yang penuh kontroversial, Commedia (Divine Comedy, 1308-1321), yakni Dante Alighieri (1265-1321), menyebut Aristoteles sebagai “the master of those who know”.
Upaya penerjemahan dan penerbitan magnum opus karya Aristoteles, La Politica, ini oleh Visimedia (Jakarta) merupakan pilihan cerdas dan mencerahkan. Dalam tatanan masyarakat Indonesia yang sedang dalam fase euforia politik dan demokratisasi, kehadiran buku Politik (La Politica) ini bisa menjadi referensi utama, untuk memperkaya wawasan pemikiran politik (negara dan pemerintahan) seluruh elemen bangsa. (Syafruddin Azhar)

;;