Selamat Datang Di Blogger AHMADI unTUk bUMI.....
Seraya Berucap....
Selamat Pagi bUMI.....
Aku Ada Karena Kau Ada....
Wahai Calon Pemimpin Besar.... Bersahabatlah Engkau Dengan Malam Dan Siang..... Karena Apapun Yang Engkau Miliki hari Ini.... Tidak Akan Cukup Untuk Mengubah Dunia..... Apalagi Melukis Langit Dengan Indah.....
Poznan -- Kalimat yang menyatakan REDD harus menghormati hak-hak masyarakat adat dihapus dari draft keputusan, selasa (9/12/08) kemarin. Kontan saja hal tersebut mendapatkan perlawanan dari kelompok masyarakat adat dan NGO yang hadir dalam COP 14 UNFCCC dengan mengadakan aksi mendadak di depan ruang pers didekat The Plenary Stork.
Puluhan masyarakat adat dari Amerika Latin, India, PNG maupun Afrika bersama dengan aktivis Friends of the Earth, Climate Justice Now! mengecam penghapusan kalimat yang diduga merupakan ulah dari US, Australia, Canada dan New Zealand. Dalam aksinya mereka meneriakkan slogan “No Rights, No REDD!; No Bloody REDD!.”
Aksi tersebut mendapatkan pengawalan ketat karena tidak mengantongi ijin dari pihak keamanan. Aturannya, untuk melakukan aksi ditengah UN Compund harus mengirimkan penberitahuan 3 hari sebelumnya dengan mencantumkan jumlah orang, tempat, tingkat kebisingan, dan properti yang akan dipakai. Ancaman pencabutan akreditasi di UNFCCC tidaklah menyurutkan langkah gerakan sosial untuk melakukan protes tepat dijantung perundingan.
Sebelumnya dalam informal meeting memang US tidak sepakat dengan masuknya kata 'indigenous people' yang didorong oleh negera Amerika Latin dan menggantinya dengan 'indigenous individual'. Terakhir, versi amandemen hanya menyebutkan bahwa mengakui kebutuhan untuk mempromosikan partisipasi yang efektif dari masyarakat adat dan komunitas lokal.
Aksi Mengecam Bank Dunia
Puluhan aktivis Friends of the Earth dan Climate Justice Now! mengadakan aksi untuk mengecam peran Bank Dunia dalam pembiayaan perubahan iklim. Dalam pandangan mereka, Bank Dunia adalah lembaga yang selama ini justru merupakan penjahat iklim yang membiayai proyek-proyek bermasalah di negara berkembang. Selain itu, Bank Dunia juga merupakan istitusi yang tidak demokratis dan tidak memiliki sesitifitas terhadap penderitaan masyarakat di negara berkembang karena hutang.
Dalam aksi tersebut, digelar teaterikal jalanan yang menunjukkan Bank Dunia merambisi untuk menguasai bumi dengan ditangannya memegang batubara. Tapi ambisi tersebut mendapatkan perlawanan dari pepohonan dan beruang-beruang. Aksi semakin menarik dengan iringan tabuhan drum dari kelompok Anarchist Polandia.
Seruan seperti “World Bank, Hands Off!, World Bank is Climate Criminal” kembali memekik ke udara dan dihiasi dengan banner “World VS Bank, Don't Let Big Business Rules the World, No to Any Role of World Bank in Climate Regime.”
Sore hari ini kelompok ynag sama mengadakan side event dengan judul “World Before Bank” yang bercerita tentang bagaimana kebusukan Bank Dunia dalam perubahan iklim ini. Dan kebutuhan akan adanya lembaga baru yang mengelola dana perubahan iklim dengan demokratis, adil dan berspektif selatan. Selain itu juga diterangkan kebutuhan untuk memasukkan Ecological Debt (hutang ekologis) untuk menunjukkan bahwa siapa sebenarnya yang berhutang. (Agung Wardana*).
Label: ahmadi, aksi, konservasi, masyarakat indonesia, muhammad ahmadi, rakyat, REDD