Selamat Datang Di Blogger AHMADI unTUk bUMI.....
Seraya Berucap....
Selamat Pagi bUMI.....
Aku Ada Karena Kau Ada....
Wahai Calon Pemimpin Besar.... Bersahabatlah Engkau Dengan Malam Dan Siang..... Karena Apapun Yang Engkau Miliki hari Ini.... Tidak Akan Cukup Untuk Mengubah Dunia..... Apalagi Melukis Langit Dengan Indah.....
Salam juang kawan!
Saudara ku, apa kabarmu sekarang, apakah aksi - aksi penentangan terhadap keputusan pemerintah masih jalan di sini, dikotamu ini, yach walaupun sepi aku percaya bila di hatimu tak pernah padam rasa rindu kepada keadilan. Dalam surat ku kali ini aku ingin berbincang dengan cukup banyak kata, semoga kau tak bosan untuk membacanya.
Kalimat diatas merupakan salah satu dari tiga ratus empat puluh satu email yang dikirim kawan-kawanku dari beberapa daerah, jika membacanya sekali lagi aku menjadi terdiam seakan mengenang lintasan perjalanku sebagai bagian dari sisi kehidupan ku dalam gerakan mahasiswa.
Setelah beberapa saat hal itu, membuatku sadar bahwa saat ini tentunya kawan - kawan yang menamakan diri sebagai bagian gerakan mahasiswa bisa tersenyum "simpul" melihat keberhasilan - keberhasilan tersebut.
Hebat......., salut buat SBY-Kalla !!!., salut juga untuk gerakan mahasiswa.....
Ya,... mungkin hanya itu yang dapat aku katakan saat ini.
Aku bahkan menjadi teringat pada sebuah pertanyaan seorang kawan menjelang rapat mempersiapkan aksi menolak kenaikan harga BBM, setahun silam, dia bertanya “ Apa yang kita lakukan bila perjuangan ini tidak berhasil? bukti kegagalan aksi mahasiswa seperti ini sudah ada, dari jamannya Mega, sampai pada aksi menolak keputusan (bukan kebijakan karena tidak bijak) SBY untuk menaikan harga BBM dan aksi - aksi penentangan lainnya”. Malam itu aku cuma jawab kita lakukan saja dahulu, masalah hasil hanya waktu yang akan menjawab, aksi yang kita susun harus berbeda dengan aksi sebelumnya, misalnya kita targetkan chaos bentrok dengan aparat atau yang lainnya.
“Tempo lalu kau bilang bila aksi demonstrasi yang kita lakukan itu tidak efektif lagi” sanggah seorang kawan. “Menurutku aksi jalanan bukan tidak efektif, tapi karena selama ini aksi-aksi yang dilakukan teramat sangat kecil jadi tidak mungkin direken (didengar) oleh si penguasa” jawab ku lagi. Jangan lupa, SBY itu figur populis yang dipilih dengan pemilu yang paling demokratis selama ini di Indonesia, 61% pemilih Pilpres kemarin aku kira yang membuat pemerintah begitu pede menghadapi demo-demo 'kecil - kecilan' itu.
“Aku kira kau tak lupa pada statemen SBY menjelang kecerobohannya menaikkan harga BBM kemarin” ku sedikit mengingatkan: "Silahkan demo saya kalau keputusan saya salah..." kata SBY. Ughh....Betapa kita sebenarnya ditantang oleh SBY.
Dan, kalau kawan – kawan yang lain tahu..SBY sempat keder juga ketika digertak 15 ribu orang akan merangsek ke istana....dan benar ketika istana dikepung (meskipun tak sampai 5 ribu orang) SBY 'agak' ketakutan... "Saya sedih kenapa saya dianggap menyengsarakan rakyat," kata dia saat di Surabaya mengomentari aksi-aksi besar serentak di beberapa daerah. Kau tau komentarku kawan, saat itu kubilang kepada kawan – kawan disini “kalau Presidennya saja sedih apalagi rakyat nya lebih dari sedih, bahkan rakyat kini sudah menangis meraung-raung sampai tak bersuara lagi, karena beratnya menanggung beban hidup misalnya kenaikan harga BBM”
Aku kira SBY tidak akan melihat bahkan melirik kalau aksi-aksi kita tidak sekaligus massif.. Menurut perhitunganku minimal 20 ribu orang membuat macet istana sudah cukup untuk membuat bergaining dengan penguasa. Kalau cuma 10 atau 15 orang paling-paling cuma capek kepanasan.
Soo....
Mari berhimpun, tumbangkan kedzaliman. Jangan naif jangan konyol, setiap pilihan kita adalah aksi politik. Kenapa harus ragu berpolitik? Biar yang demo-demo dituduh ditunggangi kelompok politik, tapi itu kan karena kita tidak berfikir kalau ini memang benar - benar gerakan politis. Kacuali kalian memang berniat turun karena dibayar. Itu soal lain. Aku sepakat dengan pendapatmu sebelumnya itu saudara ku.
Ada hal lain yang harus kita ingat, gerakan politik hanya bisa disatukan kalau ada Common Enemy. Itu bos, jadi biarpun akan banyak orang berlatar belakang politik macem - macem asal kepentingan sama..why not ?........
Dan lagi.......Menurutku, aksi ke jalan (ekstraparlementer) adalah satu-satunya jalan dan cara untuk mengingatkan kedzoliman pemimpin kita saat ini. Karena (bukan omong kosong) parlemen kita tidak bisa diharapkan lagi. mereka sudah terlalu lembek dengan kontrol dari fraaksi-fraksinya.
Lihat saja betapa pertunjukan serba absurd dan sifat anomalitas Yang Terhormat Anggota Dewan itu..."Ini politik, bos," ucap Rama Pratama si tetunggul mahasiswa era reformasi itu sambil terkekeh membuat justifikasi pilihan fraksinya meloloskan kenaikan BBM.
Soo...
Jangan harapkan lagi keterwakilan. Wakili dirimu sendiri.
Kawan sampai saat ini aku masih teringat sms seorang teman yang ada di Jogja dia bilang saat detik - detik menuju jam disiarkannya harga BBM yang naik “tepatnya diDPRD DIY, disatu pusat keramaian, mahasiswa berteriak menunjukkan kepada masyarakat pedagang kaki lima, bahwa kita tidak hanya membela hak diri sendiri tetapi juga rakyat disekitar, tetapi yang terlihat seperti sebuah tontonan yang mulai melemah akibat kehabisan energi setelah seharian beraksi”. Begitu juga kami disini kawan, aku sendiri bersama kawan kawan disini satu minggu setelah kenaikan harga BBM, rasanya masih ingin turun kejalan membawa kawan-kawan mahasiswa Palangkaraya menentang kebijakan gila itu, tapi mereka kelelahan sekaligus seolah patah semangat enggan aksi karena mungkin saat ini puasa telah dimulai, hanya itu jawaban sms untuknya setelah satu minggu tak kunjung kubalas.
Kau tahu sampai kukatakan “sungguh ironi gerakan mahasiswa seolah mati”, “tapi tidak !” kata kawan PMKRI dan HMI dengan lantang kepada ku diwaktu kami berdiskusi di sebuah cafe tenda di kawasan terkenal yos sudarso dengan secangkir coffe panas pada saat malam mulai mendingin..
Aku ingin bertanya padamu kawan, di era yang serba multi privatisasi, diera semakin susahnya bersekolah untuk kaum miskin, bagaimana cara mengajak 20.000 sampai 100.000 massa ideologis, dari rakyat kita??.
Kau tahu yang ada di kepalaku saat ini bahwa rakyat kebayakan akan berfikir 100x lipat untuk mengikuti hal tersebut, karena pernah ada dan rasanya sakit berdarah - darah, pemerkosaan, penjarahan, kondisi yang chaos!!
Berteriak 1, 7, 100, 20.000 orang, bahkan membunuh diri sendiri, selama sadar dan yakin dengan apa yang diperjuangkan merupakan kewajiban. Transformasi keseluruh rakyat bahwa ada harapan kehidupan yang lebih baik... tapi bagaimana caranya membawa yang mayoritas diam dan tertindas itu?.. kawan ku disini Moses yang katolik bilang hanya dengan Revolusi itu akan terjadi. Kutanyakan padamu haruskah revolusi??... merobohkan tirani kapitalisme dengan sistem yang lebih memihak kepada kepentingan publik?... Yach walaupun M. Sueparno punya konsep lain dari Revolusi, yakni “Revolusi Karakter Bangsa” kawan, jangan kau katakan bahwa kau belum baca bukunya ya,,, karena kita sedang mencari dan mengkaji tentang Revolusi to?!
Atau harus menunggu dana kompensasi tidak nyampe kemasyarakat, menambah daftar orang miskin akibat minyak tanah melambung sampai Rp3500, bukan hanya 1.000.000 buruh di PHK, tapi bisa jadi berlipat, menunggu rakyat yang benar - benar putus asa, sehingga tidak hanya seperti di Bali, dimana orang membunuh dirinya sendiri bahkan tiap wilayah kabupaten kita nantinya..?
Sehingga tidak hanya 20.000 atau 100.000 tetapi bisa jadi 200.000.000 lebih akan memperjuangkan haknya lewat ekstra parlementer !!!
Kenaikan harga BBM, lambannya penanganan Lumpur Lapindo adalah fakta yang tidak bisa kita pungkiri. Sementara si empunya biank asyik dengan stelan kemeja putihnya keluar masuk istana. Belum lagi tentang keberhasilan membubarkan CGI dan menggantinya dengan FKK (Forum Konsultasi kreditor) yang menurut Komandannya para abang - abang kita di Jalan Madiun (Menteng) Jakarta (Dr. Fuad Bawazier) dalam buku beliau “Republik Keluh Kesah” bahwa FKK adalah nama lain dari CGI, yang masih menunjukkan syahwatnya untuk meneruskan tradisi utang luar negeri. Marah, kecewa, bahkan kalo bisa ingin berteriak sekeras kerasnya bukan hanya di saat jauh darinya tapi di depan mata Presiden atau bahkan menurunkan SBY - Kalla, yang telah mengorbankan kepentingan rakyatnya. Namun menurutku ada hikmah yang harus diambil dari proses kenaikan BBM itu. Paling tidak kita menjadi sadar bahwa kebijakan energi di Indonesia sangat bermasalah. mulai dari korupsi dan in-efisiensi di tubuh Pertamina, posisi pemain asing dalam industri minyak, tidak adanya dana untuk eksplorasi minyak baru (ingat bung ...!!!, cadangan minyak Indonesia tidak lebih dari 25 tahun lagi), ya kalaupun ada yang lebih lama dari itu sudah dijual ke “bule”kan?,,, mekanisme ekspor-impor minyak, pemborosan energi bahan bakar pada sektor transportasi, pemborosan BBM untuk tenaga listrik, gas alam dan batu bara yang belum dimanfaatkan secara optimal, belum lagi usaha-usaha pengembangan energi alternatif.
Kita semua sepakat kenaikan harga BBM bagaimanapun harus ditentang, namun aku pikir amat strategis jika HMI organisasi kita, atau bahkan seluruh mahasiswa di tanah air ini, mampu merumuskan sebuah draft kebijakan energi nasional secara menyeluruh, untuk mencukupi kebutuhan energi nasional untuk sepuluh, dua puluh, lima puluh, seratus, seribu tahun kedepan. Namun yang jadi persoalan mampukah HMI.. mampukah mahasiswa??. Mengingat selama ini gerakan mahasiswa berhenti pada aksi penolakan, kemudian melemah seiring berjalannya waktu, kemudian menunggu moment untuk bangkit kembali.
Aku pikir kita akan menjadi garda depan gerakan mahasiswa, jika kita mampu merumuskan kebijakan - kebijakan yang sifatnya jangka panjang, tidak hanya sekedar menolak.
Kawan ….
Belakangan seorang kawan ku disini berkata jangan terlalu ngurusi negara, urus saja kampusmu yang sepertinya tidak punya pimpinan itu. Huh… kesal sekali bila kuingat itu, bagaimana tidak! selama ini kau tahu bila kampusku itu kekurangannya di sana - sini mulai administrasi, waktu perkuliahan lambat, dosen yang mangkir, dosen main proyek, gedung laboratoriumku yang bocor bila aku kuliah saat hujan, belum lagi WC – WCnya yang buntu dan baunya seabrek – abrek, hingga sampai dengan masalah tembok penutup jalan kekampus yang padahal adalah kewenangan pihak kampus untuk itu.
Kondisi kampusku Tentu beda dengan kampusmu disini.
Aku sadar Kita tidak akan lepas dari masalah politik nasional karena kita juga anak bangsa di Republik ini.
Nah kalo sudah begini aku teringat lagi pada saat aku hadir dalam sebuah acara pelatikan pengurus & Pelatihan Jurnalistik dasar LAPMI HMI Cabang Pontianak Jum’at 31 Agust – 02 Sept 2007 lalu, yang dibuka oleh Walikota Pontianak Dr. Buharie A Rahman Yang sempat menarik perhartian ku adalah; dalam sambutan beliau (jum’at 31 Agustus itu) berliau berkata “saya bingung dengan kalian sekarang, kadang sok tahu, baru dapat mata kuliah MKDU (Mata Kuliah Dasar Umum) tentang kewiraan 2 SKS saja sudah berani bicara tentang kehidupan berkebangsaan, sosial kemasyarakatan nasional, belajar dulu, jangan ngawur”. Memang sebagai seorang alumni yang nasehati adenya mungkin itu bolehlah benarkan, tapi apakah itu bukan sebuah tantangan atau malah cara pikir yang cukup kerdil. Entah hal ini disadari ataupun tidak oleh semua yang hadir pada saat itu, aku yang saat itu tengah duduk bersandar diatas sebuah sofa hitam, lembut yang memiliki sandaran sampai kekepala hanya tersenyum sumringah dangan tangan menopang dagu.
Memang terlalu jauh kita memikirkan masyarakat kita jika dinamisasi masyarakat kampus kita sendiri tidak bisa berjalan. Pernah aku pikir untuk merubah kehidupan negara kita lakukan hal yang sederhana saja. seperti Kuliah baik-baik dapatkan prestasi yang baik. Lulus jadilah uasahawan baru nan kecil namun punya pola usaha yang berpihak dan tidak menindas suplier dan konsumennya. Jadilah pegawai negeri yang tidak melulu main game di kantornya atau menghitung angka tak pasti dari judi togel atau bahkan jalan – jalan ke mall. Menjadi birokrat yang memiliki cara pandang berbeda dengan birokrat lainnya. Atau jadilah ibu rumah tangga yang bisa mengajar ngaji anak - anak lingkungan sekitarnya. Atau menjadi teknokrat yang mampu mengelola satu wilayah kecil tanpa ada penggusuran. Atau menjadi dokter yang tidak memberi tarif mahal pada pasiennya. Atau menjadi arsitek yang mampu merancang rumah murah bagi rakyat indonesia. Atau menjadi ilmuwan yang mampu merancang teknologi sederhana dan alternatif bagi masyarakat kita.
Mulai dari bangku kuliah dan teman kuliah aku pikir itu agak muluk - muluk kecuali kita memang kalah dalam dunia kita sendiri, dunia mahasiswa.
Kau pasti tersenyum dengan kata-kataku diatas, tapi aku ingat hasil sebuah diskusiku dengan seorang kawan dari HMI Cabang Bandung satu tahun yang lalu, (sorry Aku saat itu tidak sempat mengunjungi ente kawan) ada tiga tipe mahasiwa ikut pergerakan.
Pertama; Beraktualisasi. ia mengaktualisasikan apa yang ia dapatkan dari ingkungan keluarga dan lingkungan kampusnya pada dunia gerakan.
Kedua; Belajar. ia belajar untuk mendapatkan segala sesuatu yang dinilai baik dari dunia gerakan mahasiswa
Ketiga; Pelarian. ia melarikan diri dari segala masalah dikampusnya, dikeluarganya (seperti perselingkuhan ibunya atau bapaknya yang di penjara karena korupsi) atau diri Kostnya, untuk hidup baru didunia yang baru. tanpa ide tanpa sumbangsih dengan banyak masalah.
Kawan pertanyaan terakhir untukmu adalah bagaimana sikap dan pemikiranmu terhadap kondisi saat ini? aku sendiri punya dua hal yang mungkin bisa dijadikan bahan diskusi kita selanjutnya.
Pertama, untuk membuat Draft kebijakan energi nasional secara menyeluruh, untuk mencukupi kebutuhan energi nasional untuk
sepuluh, dua puluh, lima puluh, seratus, seribu tahun kedepan. Kedua; Soal kemampuan HMI ataupun kalangan mahasiswa lain untuk membuat draft tersebut jangan kau tanyakan kawan. Meski kita tak lupa bila selama ini gerakan mahasiswa termasuk HMI berhenti pada aksi penolakan, kemudian melemah seiring berjalannya waktu, kemudian menunggu moment untuk bangkit kembali.
Menurutku, bila mempertanyakan kemampuan mahasiswa bahwa apa yang bisa perbuat? toh BBM pasti naik lagi sepertinya kawan?.. ya walaupun itu merupakan sikap pesimis yang harus dibuang jauh - jauh dari semangat perubahan kita. Karena hal itu jelas menghambat Perubahan. Bukankah mahasiswa terkenal dengan agen perubahan “The Agent of Change!!!
So...., Kita harus yakin dan percaya diri dengan kemampuan kita. Bukankah sudah terbukti bahwa mahasiswa mampu melawan kediktatoran Orde Baru, walaupun reformasi yang kita rasakan saat ini adalah reformasi setengah hati dan mengecewakan kalangan mahasiswa (ini aku refleksikan dari sikap kita dalam moment mengenang reformasi dari tahun – ketahun)
Pemikiran tentang bagaimana merumuskan kebijakan kompensasi yang cuma Rp 100.000/bulan itu tidak hanya berupa pembagian uang saja yang sangat tidak mendidik, sekaligus cenderung alat legitimasi bagi pemeriantah (money politik) pada rakyat miskin.
Mengingat penderitaan rakyat yang dalam hal ini sebagai korban dari kebijakan pemerintah yang tidak populis. Sekali lagi yang penting adalah keyakinan kita untuk merubah sesuatu yang tidak adil, sesuatu yang tidak pada tempatnya.
Minimnya partisipasi dari rakyat yang kita bela, dan ketidak pedulian pemerintah terhadap aksi - aksi kita. Itu terlepas dari niatan kita yang menginginkan adanya popularitas, menjadi terkenal, dengan diliput media massa. Kemudian pemikiran untuk menjadi mahasiswa yang baik. Kuliah, belajar baik-baik bangun pagi, berangkat kuliah, masuk kuliah, lalu keluar, masuk lagi, pulang, mengerjakan tugas – tugas, sore kongko – kongko dipinggir jalan/mall, malam nonton sinetron, lalu mengerjakan tugas – tugas kuliah lagi, tidur, besok terulang lagi dan begitulah seterusnya. Untuk kemudian menerapkan ilmu kita pada masyarakat, (Allahuallam). Adalah realitas yang menurutku yaitu hasil dari sebuah konstruksi sosial yang masih sulit untuk kita lawan kawan. Bagaimana menurutmu ?
Yang jelas mahasiswa harus tetap bergerak, diam tertindas atau bersatu dan berjuang dengan satu kata LAWAN !!
Mungkin terlalu agak Idealis kata - kataku tadi.
Adalah hal yang perlu kita ingat, bila Romo Mangun sudah menerapkan itu, meskipun dia bukan aktivis HMI, PMII, BEM maupun GMNI apalagi GMKI. Dia belajar arsitektur dan menerapkan ilmunya itu untuk masyarakat kali code yang nyaris juga tergusur.
Diakhir rangkaian kata - kataku aku berpendapat, bahwa saat ini tinggal kemauan kita untuk berubah. Jika sudah ada kemauan, pasti ada jalan, Tuhan tidak akan merubah nasib kita selain kita sendiri yang merubahnya dan Tuhan tidak akan membiarkan sendirian umat yang berjuang dijalanNYA.
YAKIN USAHA SAMPAI